Sabtu, 21 April 2012

MANUSIA DAN KEINDAHAN




A.   KEINDAHAN
Kata keindahan berasal dari kata indah, artinnya bagus, permai, cantik, elok, molek, dan sebagaiunya. Benda yang mempunyai sifat indah ialah segala hyasil seni, pemnadangan alam, manusia, rumah, tatanan, perabot rumah tangga, suara, warna, dan sebagainya. Keindahan bagi manusia sangat luas,  seluas keanekaragaman manusia dan sesuai pula dengan perkembangan peradaban teknologi, sosial, dan budaya. Karena itu keindahan dapat dikatakan, bahwa keindahan bagian dari hidup manusia. Keindahan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Dimanapun kapanpun dan siapa saja dapat menikmati keindahan.
Keindahan adalah identik dengan kebenaran. Keindahan kebenaran dan kebenaran adalah keindahan. Keduannya mempunyai nilai yang sama yaitu abadi, dan mempunyai daya tarik yang selalu bertambah. Yang tidak mengundang kebenaran berarti tidak indah. Karena itu tiruan lukisan Monalisa tidak indah, karena dasarnya tidak benar. Tentu saja kebenaran disini bukan kebenaran ilmu, melainkan kebenaran menurut konsep seni. Dalam seni, berusaha memberikan makna sepenuh-penuhnya mengenai obyek yang diungkapkan.
Keindahan juga bersifat universal, artinya tidak terikat oleh perseorangan, waktu, dan tempat, selera mode, kedaerahan atau lokal.

a.    APAKAH KEINDAHAN ITU ?
Menurut The Liang Gie dalam bukunya “Garis besar estetika:. Menurut asal katanya, dalam bahasa Inggris keindahan itu diterjemahkan dengan kata “beautiful” dalam bahasa Prancis “beau”, sedang Italia dan Spanyol “bello” berasal dari kata latin “bellim”. Akar katanya adala “bonum” yang berarti kebaikan, kemudian mempunyai bentuk pengecilan menjadi “ bonellum” dan terakhir diperpendek sehingga ditulis “bellum”.
Disamping itu terdapat pula perbedaan menurut luasnya pengertian, yakni :
a)    Keindahan dalam arti yang luas
b)    Keindahan dalam arti estesis murni
c)    Keindahan dalam arti terbatas dalam hubungannya dengan penglihatan
Pengertian keindahan yang seluas-luasnya meliputi :
§  Keindahan seni
§  Keindahan alam
§  Keindahan moral
§  Keindahan intelektual
Filsuf abad pertengahan Thomas Aquinos (1225-1274) mengatakan, bahwa keindahan adalah sesuatu yang menyenagkan bilamana dilihat. Ternyata utuk menjawab “apakah keindahan itu” banyak sekali jawabannya. Karena itu dalam estetika modern orang lebih suka berbicara tentang seni dan pengalaman estetik, karena itu bukan pengalaman abstrak melainkan gejala kongkret yang dapat ditelaah dengan pengamatan secara empirik dan penguraian yang sistematik.

b.    NILAI ESTETIK
Apakah nilai estetik itu?” dalam bidang filsafat, istilah nilai sering kali dipakai sebagai suatu kata benda abstark yang berarti keberhargaan (worth) atau kebaikan (goodness). Dalam dictionary of sociology and related sciences diberikan perumusan tentang value lebih terperinci lagi sebagai berikut :
“The believed capacity of any object to satisfy a human desire. The quality of any object which causes it to be on interest to an individual or a group”. (kemampuan yang dipercaya ada pada sesuatu benda untuk memuaskan suatu keinginan manusia. Sifat dari suatu benda yang menyebabkan menarik minat seseorang atau sesuatu group).
Tentang nilai itu ada yang membedakan tentang nilai subyektif dan nilai obyektif, atau ada yang membedakan nilai perseorangan dan nilai kemasyarakatan. Tetapi penggolongan yang penting adalah nilai ekstrinsik dan nilai instrinsik.
Nilai ekstrinsik adalah sifat baik dari suatu benda sebagai alat atau sarana untuk sesuatu hal lainnya (instrumental/contributory value), yakni nilai yang bersifat sebagai alat atau membantu. Nilai instrinsik adalah sifat yang baik dari suatu benda yang bersangkutan, atau sebagai tujuan, ataupun demi kepentingan benda itu sendiri.
Contoh :
(1)      puisi bentuk puisi yang terdiri dari bahasa, diksi, baris, sajak, irama, itu disebut nilai ekstrinsik. Sedangkan pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca melalui (alat benda) puisi itu disebut niali intrinsik.
(2)      Tari, tarian Damarwulan-minakjinggo suatu tarian yang halus dan kasar dengan segala macam jenis pakaian dan gerak-geriknya.
Tarian itu merupakan nilai ekstrinsik, sedangkan pesan yang ingin disampaikan oleh tarian itu ialah kebaikan melawan kejahatan merupakan nilai instrinsik.

c.    KONTEMPLASI DAN EKSTANSI
Kontemplasi adalah dasar dalam diri manusia untuk menciptakan sesuatu yang indah. Ekstansi adalah dasar dalam diri manusia untuk menayatakan, merasakan dan menikmati sesuatu yang indah.
Apabila kedua dasar itu dihubungkan denagn bentuk diluar diri manusia, maka akan terjadi penilaian bahwa sesuatu itu indah.  Bentuk diluar diri manusia itu berupa karya budaya yaitu karya seni lukis, seni suara, seni tari, seni sastra, seni drama dan film, atau berupa ciptaan Tuhan misalnya pemandangan alam, bunga warna-warni, dan lain-lain.

d.    APA SEBAB MANUSIA MENCIPTAKAN KEINDAHAN ?
Berikut ini akan dicoba menguraikan alasan/motivasi dan tujuan seniman menciptakan keindahan.
(1)      Tata nilai yang telah usang
Tata  nilai yang terjelma dalam adat istiadat ada yang sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan, sehingga dirasakan sebagai hambatan yang merugikan dan mengorbankan nilai-nilai kamanusiaan, misalnya kawin paksa, pingitan, drajat wanita lebih rendah dari drajat laki-laki.
Hal ini menjadi tema para sastrawan zaman Balai Pustaka, dengan tujuan untuk merubah keadaan dan memperbaiki nasib kaum wanita. Sebagai contoh novel yang menggambarkan keadaan ini ialah “layar terkembang” oleh Sutan Takdir Alisyahbana, “ Siti Nurbaya” oleh Marah Rusli.

(2)      Kemerosotan zaman
Keadaan yang merendahkan derajat dan nilai kemanusiaan ditandai dengan kemerosotan moral. Kemeresotan moral dapat diketahui dari tingkah laku dan perbuatan manusia yang bejad terutama dari segi kebutuhan seksual. Kebutuhan seksual ini dipenuhinya tanpa menghiraukan ketentuan-ketentuan agama, dan moral masyarakat. Yang demikian itu dikatakan tidak baik, yang tidak baik itu tidak indah. Yang tidak indah itu harus disingkirkan melalui protes yang antara lain diungkapkan melalui karya seni.
Sebagai contoh ialah karya seni berupa sanjak yang dikemukakan olej W.S.Rendra berjudul “Bersatulah Pelaur-pekacur Kota Jakarta”. Disini pengarang memprotes perbuatan bejad para pejabat, yang merendahkan drajat para wanita dengan mengatakan sebagai inspirasi revolusi, tetapi tidak lebih dari pelacur.

(3)      Penderitaan manusia
Banyak faktor yang membuat manusia itu menderita. Tetapi yang paling menentukan ialah faktor manusia itu sendiri. Manusialah yang membuat orang menderita sebagai akibat nafsu ingin berkuasa, serakah, tidak berhati-hati dan sebagainya.
(4)      Keagungan tuhan
Keagungan Tuhan dapat dibuktikan melalui keindahan alam dan keteraturan alam semesta serta kajadian-kejadian alam. Keindahan alam merupakan keindahan mutlak ciptaan Tuhan. Manusia hanaya dapat meniru saja keindhan ciptaan Tuhan itu.  Seindah-indahnya tiruan terhadap ciptaan Tuhan, tidak akan menyamai keindahaan Ciptaan Tuhan itu sendiri.

e.    KEINDAHAN MENURUT PANDANGAN ROMANTIK
Dalam buku AN Essay on Man (1954), Erns Cassier mengatakan bahwa arti keindahan tidak pernah bisa selesai diperdebatkan. Meskipun demikian, kita kita dapat menggunakan kata-kata penyair romantik Jhon Keats (1795-1821) sebagai pegangan. Dalam Endymion dia berkata :
A thing of beuty is a joy forever
Its loveliness iscreases; it wil never pass into nothingness
Dia manegatakan, bahwa sesuatu yang indah itu adalah keriangan selama-lamaya, kemolekannya bertambah, dan tidak pernah berlalu ketiadaan. Dari sini kiata bisa mengetahui bahaea keindahan merupakan sebuah konsep yang baru mampunyai komunikasi setelah mempunyai bentuk. Karena itu dia tigak berbicara langsung mengenai keindahan, akan tetapi sesuatu yang indah.
Dalam sajak diatas, Keats mengambil bahannya dari Endymion yang terdapat dalam mitologi Yunani kuno. Endymion dalam mitologi itu sendiri merupakan penjabaran dari konsep keindahan pada  zaman yunani kuno. Menurut mitilogi yunani ini, Endymion adalah seorang gembala yang oleh para dewa diberi keindahan abadi. Dia selalu muda, selamanya tidur, dan tidak pernah diganggu oleh siapapun.
Mengenai keindahan, Coleridge mengutip Shakespeare (1564-1616) dalam karyanya midsummer: Thing base and vile holding no quality/ love can transpose to form and dignity”, yaitu sesuatu yang rendah dan mempunyai nilai, dapat berubah dan menjadi berarti. Inilah yang menggelisahkan Coleridge.
Kegelisahan Coleridge tercermin dalam “Frost at midnight (1798), sebuah sanjak mengenai salju tipis yang turun ditengah malam. Salju inilah yang baginya merupakan hal sesaat. Salju jatuh ini mengingatkan Coleridge pada dusunnya yang penuh sesak orang.
Keats membedakan antara orang biasa dengan seniman, dan antar seniman biasa dan seniman yang baik yang dapat mencipta sesuatu yang indah menurut dia. Pada suatu kesempatan ia melihat lukisan “Death on the Pale Horse”, karya pelukis West, misalnya, yaitu mengenai seseorang yang mati diatas kuda yang puvat, dia langsung bependapat bahwa West bukanlah seniman yang baik. Menurut keats, West tidak mempunyai cukup negative capability.
Ada persamaan hakiki antara J.Keats dan Coleridge dalam menaggapi hal-hal sesaat. Bagi mereka hal-hal sesaat adalah pelatuk yang meledekan imajinasi dan imajinasi ini langsung membentuk keindahan.

B.   RENUNGAN
Renungan berasal dari kata renung; artinya diam-diam memikirkan sesuatu, atau memikirkan sesuatu dengan dalam-dalam. Renungan adalah hasil merenung. Dalam merenung untuk menciptakan seni ada beberapa teori. Teori-teori itu ialah :

(a)  TEORI PENGUNGKAPAN
Dalil teori ini ialah bahwa “Art is an expression of human feeling” (seni adalah suatu pengungkapan dari perasaan manusia). Seni ini terutama bertalian denagn apa yang dialami oleh seseorang seniman ketika menciptakan suatu karya seni.
Tokoh teori ekspresi yang paling terkenal ialah filsuf Italai Benedeto Croce (1886-1952) dengan karyanya yang telah diterjemahkan kedalam bahasa Inggris “aesthetic as Science of Expresion and General Linguistic”. Beliau antara lain menyatakan bahwa “art is expression of impresion” (Seni adalah adalah pengungkapan dari kesan-kesan).
Seorang tokoh lainnya dari teori pengungkapan adalah Leo Tolstoy dia menegaskan kegiatan seni adalah memunculkan dalam diri sendiri suatu perasaan yang seseorang telah mengalaminya dan setelah memunculkan itu kemudian dengan perantara pelbagai gerak, garis, warna, suara dan bentuk yang diungkapkan dalam kata-kata memindahkan perasaan itu sehingga orang-orang mengalami perasaan yang sama.
(b)  TEORI METAFISIK
Teori seni yang bercorak metafisik merupakan salah satu teori yang tertua, yakni berasal dari plato yang karya-karya tulisannya untuk sebagian membahs estetik filsafati, konsep keindahan dan teori seni.

(c)  TEORI PSIKOLOGIS
Suatu teori lain tentang sumber seni ialah teori permainan yang dikembangkan oleh Freedick Schiller (1757-1805) dan Herbert Spencer (1820-1903). Menurut Schiller, asal mula seni adalah dorongan batin untuk bermain-main (play impulse) yang ada dalam diri seseorang.
Sebuah teori lagi yang dapat dimasukan dalam teori psikologis ialah teori penandaan (signification Theory) yang memandang seni sebagai suatu lambang atau tanda dari perasaan manusia.

C.   KESERASIAN
Keserasian berasal dari kaa serasi dan dari kata dasar rasi, artinya cocok, kena benar, dan sesuai benar. Kata cocok, kena dan sesuai itu mengandung unsur perpaduan, pertentangan, ukuran dan seimbang.
Sebagian ahli pikir menjelaskan, bahwa keindahan pada dasarnya adalah sejumlah kualitas / pokok tertentu yang terdapat pada sesuatu hal. Kualitas yang paling sering disebut adalah kesatuan (unity). Keselarasan (harmony), kesetangkupan (symetry), keseimbangan (balance), dan keterbalikan (contrast)’
Filsuf Inggris Herbert Red merumuskan definisi, bahwa keindahan adala kesatuan dan hubungan-hubungan berbentuk yang terdapat diantara pencerapan-pencerapan indrawi kita (beuti is unity of formal relations among our sence-perception).

(a)  TEORI OBYEKTIF DAN TEORI SUBYEKTIF
THE Liang Gie dalam bukunya garis besar estetika menjelaskan, bahwa dalam menciptakan seni ada dua teori yakni teori obyektif dan teori subyektif.
Salah satu persoalan pokok dari teori keindahan adalah mengenai sifat dasar dari keindahan. Apakah keindahan merupakan suatu yang ada pada benda indah atau hanya terdapat dalam alam pikiran oarang yang menagamati benda tersebut. Dari persoalan-persoalan tersebut lahirlah dua kelompok teori yang terkenal sebagai teori obyektif dan teori subyektif.
Pendukung teori obyektif ialah Plato, Hegel dan Bernard Bocanquat, sedangkan pendukung teori subyektif ialah Henry Home, Earlof Shaffesbury, dan Edmund Burke.

(b)  TEORI PERIMBANGAN
Teori perimbangan bertahan sejak abad 5 sebelum Masehi sampai abad 17 Eropa. Sebagai contoh bangunan arsitektur Yunani Kuno yang berupa banyak tiang besar.
Teori perimbangan berlaku dari abad ke 5 sebelum masehi sampai abad ke 17 Masehi selama 22 abad. Teori itu runtuh karena desakan dari filsafat Empirisme dan aliran-aliran termasuk dalam seni. Bagi mereka keindahan hanyalah kesan yang sunyektif sifatnya. Keindahan hanya ada pada pikiran orang-orang yang menerangkannya dan setiap pikiran melihat suatu keindahan yang berbeda-beda. Para seniman romantik umumnya berpendapat bahwa keindahan sesungguhnya tercipta dari tidak adanya keteraturan, yakni tersusun dari hidup, penggambaran, pelimpahan dan pengungkapan perasaan. Karena itu tidak mungkin disusun oleh teori umum tentang keindahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar