Konflik Organisasi
berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara
sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau
lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak
lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang
dibawa individu dalam suatu
interaksi.
perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik,
kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan
dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan
situasi yang wajar dalam setiap
masyarakatdan tidak
satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau
dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan
hilangnya masyarakat itu sendiri.
Konflik
bertentangan dengan
integrasi. Konflik
dan Integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang
terkontrol akan menghasilkan integrasi. sebaliknya, integrasi yang tidak
sempurna dapat menciptakan konflik.
Ada lima jenis konflik
dalam kehidupan organisasi :
1. Konflik dalam diri individu, yang terjadi bila seorang individu menghadapi
ketidakpastian tentang pekerjaan yang dia harapkan untuk melaksanakannya. Bila
berbagai permintaan pekerjaan saling bertentangan, atau bila individu
diharapkan untuk melakukan lebih dari kemampuannya.
2. Konflik antar individu dalam organisasi yang sama, dimana hal ini sering
diakibatkan oleh perbedaan–perbedaan kepribadian.Konflik ini berasal dari
adanya konflik antar peranan ( seperti antara manajer dan bawahan ).
3. Konflik antar individu dan kelompok, yang berhubungan dengan cara individu
menanggapi tekanan untuk keseragaman yang dipaksakan oleh kelompok kerja
mereka. Sebagai contoh, seorang individu mungkin dihukum atau diasingkan oleh
kelompok kerjanya karena melanggar norma – norma kelompok.
4. Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama, karena terjadi
pertentangan kepentingan antar kelompokatau antar organisasi.
5. Konflik antar organisasi, yang timbul sebagai akibat bentuk persaingan
ekonomi dalam sistem perekonomian suatu negara. Konflik ini telah mengarahkan
timbulnya pengembangan produk baru, teknologi, dan jasa, harga–harga lebih
rendah, dan penggunaan sumber daya lebih efisien.
Sumber-Sumber Utama Penyebab Konflik Organisasi
Penyebab terjadinya konflik
dalam organisasi, yaitu :
1. Perbedaan
individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan,
2. Perbedaan latar
belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda pula,
3. Perbedaan
kepentingan individu atau kelompok,
4. Perubahan-perubahan
nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat, dan
5.
Perbedaan pola interaksi yang satu dengan yang lainnya.
Cara-Cara Mengatasi Konflik
Mengatasi
konflik antara pihak-pihak yang bertikai tergantung pada kemauan pihak-pihak
yang berkonflik untuk menyelesaikan masalah. Selain itu juga peran aktif dari
pihak luar yang menginginkan redanya konflik. Berikut adalah cara-cara untuk
mengatasi konflik yang telah terjadi :
1. Rujuk
merupakan
usaha pendekatan demi terjalinnya hubungan kerjasama yang lebih baik demi
kepentingan bersama pula.
2. Persuasi
mengubah
posisi pihak lain, dengan menunjukan kerugian yang mungkin timbul, dan bukti
factual serta dengan menunjukkan bahwa usul kita menguntungkan dan konsisten
dengan norma dan standar keadilan yang berlaku.
3. Tawar-menawar
Suatu
penyelesaian yang dapat diterima oleh kedua belah pihak dengan mempertukarkan
kesepakatan yang dapat diterima.
4. Pemecahan masalah terpadu
Usaha
pemecahan masalah dengan memadukan kebutuhan kedua belah pihak. Proses
pertukaran informasi, fakta, perasaan, dan kebutuhan berlangsung secara terbuka
dan jujur. Menimbulkan rasa saling percaya dengan merumuskan alternative
pemecahan secara bersama dengan keuntungan yang berimbang bagi kedua pihak.
5. Penarikan diri
Cara
menyelesaikan masalah dengan cara salah satu pihak yang bertikai menarik diri
dari hubungan dengan pihak lawan konflik. Penyelesaian ini sangat efisien bila
pihak-pihak yang bertikai tidak ada hubungan. Bila pihak-pihak yang bertikai
saling berhubungan dan melengkapi satu sama lain, tentu cara ini tidak dapat
dilakukan untuk menyelesaikan konflik.
6. Pemaksaan dan penekanan
Cara
menyelesaikan konflik dengan cara memaksa pihak lain untuk menyerah. Cara ini
dapat dilakukan apabila pihak yang berkonflik memiliki wewenang yang
lebih tinggi dari pihak lainnya. Tetapi bila tidak begitu cara-cara seperti
intimidasi, ancaman, dsb yang akan dilakukan dan tentu pihak yang lain akan
mengalah secara terpaksa.
Motivasi adalah
proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang
individu untuk mencapai tujuannya.Tiga elemen utama dalam definisi ini adalah
intensitas, arah, dan ketekunan.
Berdasarkan teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow,
teori X dan Y Douglas McGregor maupun teori motivasi kontemporer, arti motivasi
adalah alasan yang
mendasari sebuah perbuatan yang dilakukan oleh seorang individu. Seseorang
dikatakan memiliki motivasi tinggi dapat diartikan orang tersebut memiliki
alasan yang sangat kuat untuk mencapai apa yang diinginkannya dengan
mengerjakan pekerjaannya yang sekarang. Berbeda dengan motivasi dalam
pengertian yang berkembang di masyarakat yang seringkali disamakan dengan semangat,
seperti contoh dalam percakapan "saya ingin anak saya memiliki motivasi
yang tinggi". Statemen ini bisa diartikan orang tua tersebut menginginkan
anaknya memiliki semangat belajar yang tinggi. Maka, perlu dipahami bahwa ada
perbedaan penggunaan istilah motivasi di masyarakat. Ada yang mengartikan
motivasi sebagai sebuah alasan, dan ada juga yang mengartikan motivasi sama
dengan semangat.
Dalam hubungan antara motivasi dan intensitas,
intensitas terkait dengan seberapa giat seseorang berusaha, tetapi intensitas
tinggi tidak menghasilkan prestasi kerja yang memuaskan kecuali upaya tersebut
dikaitkan dengan arah yang menguntungkan organisasi.Sebaliknya elemen yang terakhir,
ketekunan, merupakan ukuran mengenai berapa lama seseorang dapat mempertahankan
usahanya.
Menurut
Abraham Maslow (1908-1970) bersama dengan Frederick Herzberg (1923- )
memperkenalkan Sekolah Neo-Human Relations di tahun 1950, yang berfokus pada
kebutuhan psikologis karyawan. Maslow mengajukan sebuah teori motivasi bahwa
ada lima tingkat kebutuhan manusia sebagai pekerja yang harus telah terpenuhi
di tempat kerja, yaitu:
1. Aktualisasi Diri
2. Penghargaan, Kebutuhan Hidup, Status Pribadi
3. Kebutuhan Sosial, Rasa Memiliki, Cinta
4. Kenyamanan, Rasa Aman
5. Kebutuhan Fisik (makan, minum, pakaian)
Semua kebutuhan yang terstruktur menjadi sebuah hirarki dan jika tingkat yang
terendah (no. 5) dari kebutuhan telah terpenuhi, manusia akan termotivasi oleh
kesempatan untuk memiliki kebutuhan berikutnya dalam tingkakatan kepuasan hidup
mereka. Misalnya orang yang sedang kelaparan karena kekurangan makanan akan
termotivasi untuk mendapatkan upah seberapapun besarnnya demi bisa membeli
makanan sebelum memikirkan memiliki pekerjaan tetap atau penghargaan dari orang
lain.
Sebuah perusahaan yang mempekerjakan karyawan karenanya harus menawarkan insentif
yang berbeda kepada pekerjanya dalam rangka membantu mereka memenuhi setiap
kebutuhannya serta peningkatan kualitas hidup para karyawan.Seorang manajer
juga harus menyadari bahwa tidak semua karyawannya termotivasi dengan cara yang
sama dan tidak semua mampu mencapai tingkat kesejahteraan hidup pada kecepatan
yang sama. Oleh karena itu, para manager mungkin harus menawarkan satu set
insentif yang sedikit berbeda antara satu karyawan dengan karyawan lainnya.
Sumber
:
AS. Manajemen
Konflik dalam Organisasi , Pengendalian Konflik dalam Organisasi,
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Jakarta, 1987Miftah Thoha. Kepemimpinan
dalam Manajemen. PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993.T. Hani Handoko. Manajemen.